Senin, 14 Juli 2014

SULTAN SHALAHUDDIN AL AYYUBI (Bagian 1)



A.   Sejarah Kerajaan Kristen Yerusalem
Sebelum kita mengetahui tentang jati diri Sultan Shalahuddin, ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu tentang terbentuknya Kerajaan Kristen Yerusalem di bumi Palestina, mengingat sejarahnya mendahului kelahiran Shalahuddin sendiri.
Sejarah ini akan membawa kita kembali lagi di zaman ketika Rasulullah SAW masih hidup di abad 7 Masehi, beberapa tahun setelah beliau hijrah ke kota Madinah. Ketika itu, daerah Syam (wilayah Palestina, Libanon dan Suriah saat ini) telah dikuasai oleh Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel (sekarang bernama Istambul, Turki). Kaisar Romawi Timur yang menaklukkan Syam itu bernama Heraklius. Ia mampu menguasai seluruh wilayah Syam setelah mengalahkan Kerajaan Persia di sana.
Rasulullah SAW pernah mengirimkan surat kepada Heraklius untuk mengajaknya masuk Islam dan memperkenalkan dirinya sebagai utusan Allah. Sebenarnya, Heraklius sama sekali tidak meragukan berita tentang akan datangnya seorang utusan Allah setelah Yesus (Isa As). Ia mengetahui berita tentang akan datangnya seorang Nabi dari kalangan bangsa Arab dari kitab injilnya dan beberapa manuskrip kuno yang ia miliki. Ia juga mengetahui dengan pasti bahwa suatu saat nanti para pengikut Nabi akhir zaman itu akan sangat banyak dan dapat menguasai dunia. Orang yang mengikuti agama yang dibawanya akan mulia dan yang meninggalkannya akan dihinakan oleh Allah SWT. Tetapi sangat disayangkan, yang menghalanginya masuk Islam hanyalah karena ketakutannya kehilangan kekuasaan atas Kerajaan Romawi Timur yang saat itu terbentang dari Konstantinopel di Eropa Syam di Asia sampai Mesir di Afrika Utara. Ditambah lagi, Kerajaan Romawi Timur adalah pusat dari agama Kristen Ortodok yang telah mereka anut sejak berdirinya kerajaan ini di abad 3 Masehi. Merasa tidak mampu menolak takdir Allah SWT yang telah diberitakan dari lisan Yesus (Isa As) sang utusan-Nya maka Heraklius pernah berkata ketika ia berada di kota Damaskus (ibukota Syam) “suatu saat nanti pasti para pengikut Nabi itu akan sampai di tanah yang aku pijak ini”
Nyatalah apa yang diucapkan oleh Heraklius. Di zaman Khalifah Umar bin Khattab yang memerintah di tahun 13 H – 23 H (623 – 633) wilayah Syam dapat ditaklukkan kaum muslimin (kisah penaklukannya, silakan baca Muawiyah bin Abi Sufyan). Dengan hati yang sedih karena kekalahan pasukannya, Heraklius yang saat itu masih menjabat sebagai Kaisar Romawi harus kembali ke ibukota kerajaannya di Konstantinopel. Kaum muslimin dapat menguasai Palestina, yang termasuk di dalamnya adalah kota Yerusalem yang diagungkan oleh 3 agama, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Bahkan, khusus untuk penyerahan kunci kota suci ini, Umar bin Khattab sendiri yang berangkat dari Madinah untuk mengambilnya dari Uskup Yerusalem ketika itu.
Yerusalem bagi kaum muslimin adalah kota suci ke tiga setelah Mekkah dan Madinah. Hal ini disebabkan karena di dalam kota ini terdapat Masjidil Aqso, tempat tujuan Isronya Rasulullah dan kiblat pertama kaum muslimin. Bagi kaum Kristiani, Yerusalem adalah kota suci sebagai tempat ziarah mereka karena di kota ini terdapat Gereja Makam Suci. Gereja ini mereka yakini adalah tempat Yesus disalib, sehingga jika dapat berziarah ke gereja ini, maka seluruh dosa-dosanya akan diampuni. Bagi orang Yahudi, di kota ini terdapat kuil Sulaiman, yaitu tempat mereka berdoa dan meratapi seluruh dosa-dosanya.
Kota suci ini terus saja di bawah penguasaan kaum muslimin yang adil dan membebaskan agama apapun untuk datang berziarah sampai tahun 1099 dikuasai oleh pasukan salib. Bagaimana kota ini bisa dirampas dari tangan kaum muslimin?
Kejadian ini bermula di bulan November 1095, ketika Paus Urbanus yang karena iri terhadap kekuasaan Islam yang terbentang luas di Asia, Afrika dan Andalusia mengumpulkan para bangsawan Eropa, tuan tanah (baron) dan para pendeta untuk membebaskan Yerusalem dari tangan kaum muslimin. Ia berpidato dengan berapi-api menyemangati mereka agar segera berangkat ke Yerusalem. Ia mengatakan bahwa para peziarah Kristen di Yerusalem selalu diperlakukan tidak baik, mereka dibunuh dan disiksa. Walaupun isi pidatonya tidak sesuai dengan fakta yang ada, namun ini ternyata dapat menimbulkan semangat di kalangan bangsawan Eropa untuk bangkit. Ditambah lagi dengan iming-iming mendapatkan pengampunan dosa dan syurga jika mereka mampu membebaskan kota suci mereka itu. Inilah cikal bakal meletusnya Perang Salib I di dunia timur.
Akhirnya di bulan Agustus 1096, mulailah terkumpul rombongan pertama Pasukan Salib yang terdiri dari para tuan tanah, para bangsawan, para ksatria, orang-orang miskin, para pembunuh dll yang berjumlah sangat banyak, lebih dari 300.000 orang. Rombongan kedua bahkan dengan jumlah yang lebih fantastis, 500.000 orang. Pemimpin Pasukan Salib itu cukup banyak, diantara yang menonjol adalah Godfrey dan Baldwin bersaudara dari Bouillon, Bohemond dari Taranto, Peter si pertapa dll. Diantara pemimpin-pimimpin itu, yang paling menonjol adalah Godfrey dan Baldwin karena mereka adalah keturunan langsung dari Raja besar Eropa dan legenda mereka, yaitu Charlemagne. Dengan berbagai motivasi, mereka pun datang dari Eropa menuju ke Asia dengan melalui jalur darat. Ada yang punya motivasi religius seperti Godfrey, namun Baldwin lebih kuat memiliki motivasi kekuasaan, para pembunuh memiliki motivasi pengampunan, orang-orang miskin lebih kepada motif mencari penghidupan yang lebih baik di tanah timur.
Dengan berbagai kesulitan, rintangan, wabah penyakit, kelaparan dll, namun ternyata mereka mampu mengatasi semua itu karena kuatnya motivasi. Dalam perjalanan menuju ke Asia, melewati Konstantinopel dan menyebrangi Teluk Tanduk Emas sampailah mereka di Nicea, ibukota Kesultanan Seljuk pada bulan Mei 1097. Tidak adanya Sultan di ibukota karena sedang berada di perbatasan negeri, mempermudah mereka menguasai Nicea. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan ke arah Yerusalem melewati garis pantai.
Juli 1097 ketika sampai di daerah yang bernama Dorylaeum pasukan salib disergap oleh pasukan Sultan Seljuk, Kilij Arsalan. Serangan yang mendadak ini membuat mereka kacau, kocar kacir dan banyak yang terbunuh. Pasukan Sultan Seljuk di atas angin dan hampir memperoleh kemenangan telak atas pasukan salib. Namun tiba-tiba kondisi peperangan mendadak berubah, pasukan salib pimpinan Raymund dari St. Gilles datang dari arah belakang dan menghantam pasukan Sultan Seljuk. Mendapatkan serangan kejutan yang tanpa diduga ini membuat pasukan Sultan menjadi berantakan dan lari, bahkan banyak di antara mereka yang terbunuh.
Setelah kemenangannya ini, maka perjalanan pasukan salib sudah hampir tidak ada hambatan. Tanggal 21 September 1097 mereka menguasai kota Tarsus, kemudian Adana dan Misis. 20 Februari 1098, Baldwin dapat menguasai Edessa, ibukota Armenia.
Bulan Oktober 1097 mereka mulai mengepung benteng Anthiokia yang kokoh dan kuat. Lamanya pengepungan yang berlangsung lebih dari 1 tahun itu membuat pasukan salib menderita, banyak diantara mereka yang mati kelaparan, terjangkit penyakit menular, bahkan para ksatria salib banyak yang melakukan deserse. Andaikan saja tidak ada seorang perwira tinggi Anthiokia yang berkhianat membukakan gerbang kota, kemungkinan besar pasukan salib I ini akan hancur di depan gerbang Anthiokia. Namun, tanggal 13 Januari 1099 kota ini dapat mereka rebut dan banyak penduduk sipil muslim yang dibunuh ketika itu.
Setelah penaklukan Anthiokia, maka perjalanan selanjutnya adalah tujuan akhir mereka, Yerusalem. Tanggal 7 Juni 1099 sampailah pasukan salib itu di depan benteng kota suci Yerusalem. Dengan semangat yang berapi-api dan teriakan histeris melihat kota Yerusalem, mereka langsung menyerbu benteng kota. Dengan usaha yang sangat keras dan semangat religius untuk membebaskan tanah sucinya, akhirnya mereka dapat memasuki Yerusalem pada tanggal 15 Juli 1099.
Seperti yang biasa mereka lakukan terhadap kota-kota lainnya yang telah mereka kuasai, pembantaian terhadap kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan terjadi di dalam kota. Tidak ada seorang pun yang mereka ijinkan untuk hidup lebih lama daripada 2 hari saja. Kebencian mereka terhadap kaum muslimin tanpa ada alasan yang benar ini telah membawa dampak terbunuhnya 80.000 orang penduduk muslim dan Yahudi di Yerusalem ketika itu.
Bagi kita mungkin itu adalah pemandangan yang sangat mengerikan, tetapi bagi pasukan salib pembantaian tersebut adalah pemandangan indah. Karen Armstrong dalam bukunya Perang Suci berkata bahwa Raymund dari Aguiles menceritakan kejadian tersebut :
“Sejumlah pemandangan indah musti disaksikan. Beberapa tentara kami memenggal kepala musuh mereka. Yang lain memanah mereka sehingga jatuh dari menara-menara. Yang lain menyiksa mereka lebih lama dengan membakar mereka. Tumpukan kepala, tangan dan kaki dapat dilihat di jalan-jalan kota. Sampai-sampai seseorang yang berjalan di situ harus berhati-hati agar langkah kakinya tidak menginjak bangkai lelaki dan kuda. Tetapi semua itu, tidak berarti bila dibandingkan dengan apa yang terjadi di Kuil Sulaiman, tempat biasanya dilaksanakan berbagai upacara keagamaan. Apa yang terjadi di sana? Jika kukatakan yang sebenarnya, pasti itu akan melampaui kemampuan kalian untuk mempercayainya. Jadi, cukuplah kukatakan bahwa, paling tidak, di Kuil Sulaiman dan berandanya pasukan kami menunggangi kuda yang bergerak di antara genangan darah setinggi lutut dan tali kekang kuda mereka. Benarlah itu suatu hukuman yang adil dan bagus dari Tuhan, sehingga tempat ini dipenuhi oleh darah kaum tak beriman, karena tempat ini telah menderita begitu lama karena pelecehan mereka.”
Begitulah cara mereka menguasai Yerusalem di tahun 1099, dengan melakukan pembantaian yang kejam dan sadis. Perlu kita ingat benar kejadian ini, sehingga dapat kita bandingkan dengan peristiwa penaklukan kembali Yerusalem di tahun 1187 oleh Sultan Shalahuddin dengan jalan damai dan tidak ada 1 orang pun penduduk sipil yang terbunuh.
Karena begitu banyak kota yang telah mereka kuasai, termasuk Yerusalem, maka untuk menjaga agar wilayah kekuasaan itu terus langgeng dibentuklah sistem Kerajaan. Kerajaan itu mereka namakan Kerajaan Yerusalem, karena pusat pemerintahannya adalah di Yerusalem. Walaupun kerajaan ini sering pula disebut sebagai Kerajaan Kriten Latin karena bahasa yang dipakai oleh pasukan salib Eropa itu adalah bahasa latin. Raja Yerusalem pertama adalah Godfrey, karena ia adalah keturunan langsung Raja besar Eropa Charlemagne. Charlemagne sendiri bukanlah orang Eropa asli, melainkan keturunan orang Normandia (bangsa Frank), yaitu bangsa Viking Normandia yang menjelajahi daratan Eropa kemudian menguasainya dan berbaur bersama penduduk asli hingga mereka pun menjadi beragama Kristen. Oleh sebab itulah, bangsa Eropa kemudian dikenal dengan sebutan orang – orang Frank oleh kaum muslimin.
Setelah tahun 1099, kekuasaan Kerajaan Yerusalem bertambah besar dan kuat, bahkan sampai mendekati Mekkah dan Madinah ketika Shalahuddin menjadi Sultan Mesir. Sejak tahun 1099 sampai 1128 seakan-akan hampir tidak ada kekuatan Islam yang dapat menahan laju kekuatan pasukan salib. Barulah muncul pahlawan Islam yang pemberani dan kuat, keturunan bangsa Seljuk, yaitu Imaduddin Zanki penguasa Mosul di tahun 1128. Selama 19 tahun ia berjihad terus tiada hentinya melawan kekuasaan Kerajaan Yerusalem. Selama itu pula ia lebih sering tinggal di kemahnya daripada rumahnya di Mosul. Banyak kota yang merupakan kekuasaan Yerusalem dapat ia kuasai, salah satunya adalah kota Edessa, ibukota Armenia. Ia wafat di tahun 1147 karena dibunuh oleh seorang pembunuh bayaran, kemungkinan seorang Syiah sekte Ismailiyah.
Selanjutnya, perjuangan Imaduddin Zanki digantikan oleh anaknya yang bernama Mahmud Zanki. Ia adalah seorang yang sholeh, alim, pemberani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya, sehingga ia mendapatkan gelar Nuruddin (Cahaya Agama). Zaman Nuruddin Mahmud Zanki kekuasaanya semakin membesar, meliputi sebagian wilayah Suriah dan Irak. Ia membangun kesultanannya sendiri yang berpusat di Damaskus, sehingga ia juga disebut sebagai Sultan Damaskus. Di zaman kekuasaan Sultan Nuruddin inilah Shalahuddin hidup, bahkan Shalahuddin menjadi salah satu orang yang dekat kepadanya.

Sumber Tulisan :
Wajah Dunia Islam, Dr Muhammad Sayyid Al Wakil
Sultan Shalahuddin Al Ayyubi Penakluk Jerusalem, Dr Abdullah Nashih Ulwan
Perang Suci, Karen Armstrong
History of The Arabs, Philips K Hitti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar